Oleh: @Jonru
Anda boleh menuduh beliau koruptor. Namun bagi saya, ustadz Luthfi Hasan Ishaaq (LHI) adalah seorang guru kehidupan.
Sebelumnya saya hanya mengenal beliau lewat media massa. Secara pribadi, kami sama sekali belum saling kenal. Namun sejak kasus beliau mengguncangkan dunia politik Indonesia tahun 2012 lalu, saat itulah saya AKHIRNYA berani bersuara lantang dan kritis membela kebenaran di media sosial. Sebelumnya, saya selalu bersikap jaim, berlagak netral dan tak mau bicara politik (cerita selengkapnya bisa dibaca di buku #SayaTobat).
Dan pagi tadi (Rabu, 4 Agustus 2015) merupakan sejarah baru dalam hidup saya, sebab untuk pertama kalinya saya bertemu langsung dengan ustadz LHI. Saya dan sejumlah teman menjenguk beliau di Lapas Sukamiskin, Bandung.
Saat bertemu, saya tidak menyaksikan sesosok narapidana yang stress, galau dan butuh dukungan moril dari orang yang mengunjunginya. Justru, beliau langsung menyapa kami dengan ramah, mempersilahkan menyantap hidangan yang tersaji di atas meja. Bahkan, beliau dengan gaya yang sangat egaliter mengambilkan kami piring, gelas dan sendok. Sungguh unik karena seorang mantan Presiden PKS meyalani orang biasa seperti kami.
(Sekadar info: Setiap hari banyak orang yang menjenguk beliau, dan banyak di antara mereka yang membawakan berbagai macam makanan. Makanan itulah yang tadi disuguhkan kepada kami).
Ya...
Saat bertemu LHI, saya tidak menyaksikan sesosok narapidana yang stress, galau dan butuh dukungan moril dari orang yang mengunjunginya. Justru, beliau banyak bercerita tentang pengalamannya di dalam penjara.
Sejak masa tahanan, sebenarnya banyak orang yang heran melihat beliau. Dituduh sebagai koruptor, dicaci-maki dan dihina oleh para haters, bahkan harus melewati berbagai macam persidangan yang melelahkan dan pasti bikin stress. Tapi beliau tetap tersenyum, sabar, tak pernah mengeluh, apalagi marah dan kecewa.
Orang-orang yang berada di sekitarnya pun menyebut beliau sebagai manusia yang pintar mengendalikan emosi. Maka di hari pertama masuk penjara, beliau langsung didaulaut untuk memberikan konseling bagi para narapidana lain. Mereka banyak bertanya kepada LHI mengenai masalah-masalah mereka. Dan beliau selalu menjawab dengan gayanya yang sangat ramah dan bijaksana.
"Jika kita gembira, harus dibagi-bagikan pada orang lain. Namun jika kita sedih, jangan dibagi-bagikan pada siapapun, tapi cukup mengadu pada Allah." Itulah salah satu prinsip yang beliau ajarkan kepada narapidana lain. Lewat ajaran yang sederhana itu, alhamdulillah banyak narapidana yang merasa terbantu dari segi psikologis.
Bukan cuma itu. Ustadz LHI pun tampil sebagai pelopor banyak hal di Penjara Sukamiskin. Antara lain:
1. Dulu sumber air di lapas sangat terbatas. Tiap pagi dan sore semua penghuni harus antri hanya untuk mengambil jatah satu ember air. Kini, mereka sudah membangun enam sumur artesis (atas biaya dan tenaga swadaya para napi), sehingga persediaan air di sana kini sangat melimpah.
2. Beliau juga mendirikan pesantren dan sekolah penghafal Quran di dalam penjara. Dan sudah banyak penghuni lapas yang kini hafal Al Quran, berkat jasa beliau.
3. Beliau juga berhasil meyakinkan pejabat Lapas agar memberikan banyak kursus keahlian kepada para napi, sebagai bekal mereka jika sudah bebas nanti.
(Salah satu keahlian yang akan diajarkan adalah menulis dan menerbitkan buku. Alhamdulillah, tim kami yang dipercaya untuk menggarapnya, dan Insya Allah akan terlaksana dalam waktu dekat).
4. Setiapa hari beliau mengisi ceramah untuk para narapidana, termasuk yang nonmuslim, sehingga banyak di antara mereka yang hidupnya menjadi lebih dekat dengan agama. Bahkan banyak narapidana nonmuslim yang ikut berpuasa di bulan Ramadhan.
Intinya, Ustadz LHI berhasil tampil sebagai seorang guru kehidupan di dalam Penjara Sukamiskin. Beliau tampil sebagai seorang leader dan dihormati oleh seluruh penghuni.
Mendengar seluruh cerita tersebut, saya langsung terenyuh dan terharu. Hidup di dalam penjara ternyata mampu membuat beliau tetap tegar, sabar dan tawakkal. Bahkan, beliau bisa tampil sebagai leader dan guru kehidupan bagi para narapidana lain.
Ini bukan cerita karangan saya semata. Ini FAKTA. Jika Anda tidak percaya, silahkan cek sendiri ke Lapas Sukamiskin Bandung. Sebab siapapun tanpa kecuali boleh mendatangi beliau di sana.
Bahkan, seusia shalat Dzuhur, saya menyaksikan sendiri bagaimana ustadz LHI dengan tulus dan sangat down to earth membantu seorang narapidana untuk duduk di atas kursi roda (kaki sang napi tertembak dan terluka, sehingga ia tak bisa berjalan kaki).
Soal tuduhan korupsi terhadap beliau, bukan itu yang hendak saya bahas di tulisan ini. Terlepas dari semua tuduhan, yang jelas FAKTA membuktikan bahwa kehadiran beliau di Lapas Sukamiskin justru berdampak sangat positif, dan semua orang merasakan manfaat luar biasa dari kehadiran beliau.
Biasanya, para pengunjung lapas hadir untuk menghibur dan menguatkan mental para penghuni. Namun saat bertemu Ustadz LHI, yang terjadi justru sebaliknya. Justru saya dan teman-teman pengunjung yang mendapat banyak ceramah, nasehat dan kisah inspiratif dari beliau.
Itulah sebabnya, bagi saya beliau lebih layak disebut sebagai GURU KEHIDUPAN.
Jakarta, 4 Agustus 2015
NB: Saya tidak bisa menampilkan foto bareng beliau sebagai bukti otentik dari artikel ini, karena aturan di dalam penjara sangatlah ketat.
0 Response to "Bertemu Ustadz LHI, Sang Guru Kehidupan dari Penjara Sukamiskin"
Posting Komentar